Cerita Seorang Santri Di Negeri Seberang

Empat anak dari dusun Kadenan, Abdul Ghofur, Jalal, Nurdin, dan Amin menjalani perjalanan hidup yang unik. Abdul Ghofur, setelah menyelesaikan pendidikan pesantren modern dan studi di luar negeri, mengembangkan karakter moderat. Meskipun begitu, ia masih menyimpan dendam terhadap negerinya sendiri, yang akhirnya menjadi pendorong bagi kesuksesannya.

Sementara Jalal, dengan latar belakang pesantren tradisional berhasil menggabungkan pemikiran modern dan tradisional sehingga ia menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Nurdin, memiliki bakat istimewa dalam mata pelajaran umum, terutama matematika dan ilmu pengetahuan alam. Namun, kehidupannya diuji ketika istrinya didiagnosis dengan kanker stasium lanjut. Kendati demikian, ia tetap teguh dalam agama dan berkomitmen  pada pelayanan sosial.

Sementara itu, Amin memilih untuk tetap berada di kampung halamannya dan menjalin hubungan erat dengan teman-teman masa kecilnya serta komunitas di Dusun Kradenan. Wilayah mereka memiliki sejarah yang dalam, dari daerah persawahan hingga menjadi daerah dengan cerita cinta unik.

Dua puluh lima tahun berlalu, mereka secara kebetulan bertemu lagi saat merayakan Idul Fitri di kampung halaman mereka. Karena rasa cinta yang mendalam pada keluarga, kampung halaman, dan guru-guru mereka, mereka bersama-sama untuk berkontribusi untuk merenovasi langgar hijau menjadi masjid hijau yang multi-guna. Selama bertahun-tahun, Abduk Ghofur bertemu dengan sahabat-sahabatnya di Dubai, sementara Nurdin bersama rekan-rekannya dari berbagai pesantren di sebuah kampus ternama. Semua perjalanan hidup mereka dipenuhi dengan cinta, tantangan, dan akhirnya kesuksesan yang sesuai dengan impian mereka.